MANAJEMEN MENUNTUT ILMU - Dalil Sunnah

Pasang Iklan Hanya Rp. 50.000

Promo

  • Kurma Ajwa
  • 350.000
  • 180.000
  • 100.000

Hot

Post Top Ad

Order WA Kurma Ajwa Aliya Madinah

Sunday, September 13, 2015

MANAJEMEN MENUNTUT ILMU

Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat dan motivasi untuk menuntut ilmu agama. Ilmu agama seakan menjadi suatu hal yang remeh dan terpinggirkan bagi mayoritas kaum muslimin. Berbeda halnya dengan semangat untuk mencari ilmu dunia. Seseorang bisa jadi mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Kita begitu bersabar menempuh pendidikan mulai dari awal di sekolah dasar hingga puncaknya di perguruan tinggi demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Mayoritas umur, waktu dan harta kita, dihabiskan untuk menuntut ilmu dunia di bangku sekolah. Bagi yang menuntut ilmu sampai ke luar negeri, mereka mengorbankan segala-galanya demi meraih ilmu dunia: jauh dari keluarga, jauh dari kampung halaman, dan sebagainya. Lalu, bagaimana dengan ilmu agama?

Definisi Ilmu

Secara bahasa, Al-‘ilm adalah lawan dari Al-jahl (kebodohan) iaitu mengetahui sesuatu dengan hakikat kedudukan yang sebenarnya berdasarkan maklumat pengetahuan yang pasti.

Secara istilah, dijelaskan oleh sebahagian ulama bahawa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) yang merupakan lawan kepada al-jahl (ketidaktahuan). Menurut ulama yang lainnya, ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, shahih). 

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja.

 Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah (Hadits), maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:


وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka siapa yang telah mengambilnya, maka dia telah mengambil bahagian yang banyak.” (Sunan Abi Dawud, no. 3641. At-Tirmidzi, no. 2682)

Satu hal yang telah kita ketahui bahawa yang diwariskan oleh para Nabi hanyalah ilmu tentang syari’at Allah ‘Azza wa Jalla, bukan yang lainnya. Maka para Nabi tidaklah mewariskan ilmu teknologi kepada manusia atau yang berkaitan dengannya, bahkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang sedang ‘mengawinkan’ pokok kurma. Beliau mengatakan kepada mereka bahawa perkara tersebut tidak diperlukan, lalu mereka pun mengikuti ucapan beliau dan tidak mengawinkannya, akan tetapi pokok kurma itu menjadi seakan bermasalah, lalu kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun berkata kepada mereka:


أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُم

“Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.” (Shahih Muslim, no. 2362)


Seandainya perkara ini termasuk ilmu yang ter-puji, maka pasti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah orang yang paling mengetahui tentangnya, kerana orang yang paling terpuji dengan ilmu dan amalnya adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.


tambah ilmu dengan taqwa



No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot